Kamis, 29 Oktober 2015

{ Fiqh Sholat }-Hal-hal terkait Imam dan Makmum


Bagian keempat ( 4 )
---------------
Imam yang Dibenci oleh Makmum.
*****************

ثَلَاثَةٌ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ آذَانَهُمْ الْعَبْدُ الْآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ

Ada 3 kelompok orang yang sholatnya tidak melewati telinga mereka: Budak yang lari (dari tuannya) hingga kembali, seorang wanita yang melewati malam dalam keadaan suaminya marah, dan seorang imam suatu kaum yang mereka membencinya (H.R atTirmidzi dihasankan olehnya dan disepakati al-Albany) 
Al-Imam Ahmad menjelaskan: jika yang membencinya adalah satu, dua, atau tiga (makmum), maka yang demikian tidak mengapa, hingga yang membencinya adalah mayoritas (makmum). Jika imam adalah orang yang baik Diennya dan berada di atas sunnah, kemudian makmum membencinya karena itu, yang demikian tidaklah makruh ia menjadi imam (al-Mughni karya Ibnu Qudamah(3/482)) 

Ibnul Malik menjelaskan bahwa hal ini jika Imam tersebut adalah orang yang berbuat kebid’ahan, kefasikan, atau bodoh (tidak tahu ilmu Dien). Adapun jika kebencian pribadi karena masalah duniawi, maka yang demikian tidaklah menjadi masalah (disarikan dalam Tuhfatul Ahwadzi (2/288)). 

Jika Imam Sholat Duduk, Apa yang Dilakukan Makmum? 
Ada dua keadaan, sebagaimana perincian yang dijelaskan dalam Fatwa al-Lajnah adDaaimah:

1. Imam tidak bisa sholat duduk sejak awal sholat, maka para makmum juga memulai sholat duduk dari awal. 

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِهِ وَهُوَ شَاكٍ فَصَلَّى جَالِسًا وَصَلَّى وَرَاءَهُ قَوْمٌ قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْهِمْ أَنْ اجْلِسُوا فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا

Dari Aisyah –radhiyallahu anha- Ummul Mukminin bahwasanya beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sholat di rumahnya ketika sakit dalam keadaan duduk. Maka para Sahabat sholat di belakang beliau dengan berdiri. Maka beliau memberikan isyarat agar para makmum duduk. Setelah selesai sholat beliau bersabda: Sesungguhnya Imam dijadikan untuk diikuti. Jika ia rukuk, maka rukuklah. Jika ia bangkit maka bangkitlah. Jika ia sholat dengan 
(duduk, maka sholatlah dengan duduk (H.R al-Bukhari) 

2. Imam di permulaan sholat berdiri, kemudian di pertengahan sholat tidak bisa berdiri dan sholat duduk, maka makmum boleh terus sholat dengan berdiri. 
Dalilnya adalah hadits Aisyah riwayat al-Bukhari bahwa pada saat Nabi sakit, Abu Bakr awalnya menjadi Imam. Kemudian setelah Nabi merasa beliau bisa sholat berjamaah beliau dipapah oleh Ali dan Abbas hingga mengambil posisi di samping Abu Bakr. Nabi menjadi imam dengan duduk dan para Sahabat melanjutkan sholat seperti keadaan semula (tetap berdiri). 

ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَصَلَّى النَّاسُ قُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ قَالَ ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ قَالَتْ فَفَعَلْنَا فَاغْتَسَلَ فَذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَلَّى النَّاسُ قُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ قَالَتْ فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ أَصَلَّى النَّاسُ قُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ أَصَلَّى النَّاسُ فَقُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالنَّاسُ عُكُوفٌ فِي الْمَسْجِدِ يَنْتَظِرُونَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ السَّلَام لِصَلَاةِ الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ فَأَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ بِأَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فَأَتَاهُ الرَّسُولُ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ وَكَانَ رَجُلًا رَقِيقًا يَا عُمَرُ صَلِّ بِالنَّاسِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ أَنْتَ أَحَقُّ بِذَلِكَ فَصَلَّى أَبُو بَكْرٍ تِلْكَ الْأَيَّامَ ثُمَّ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَدَ مِنْ نَفْسِهِ خِفَّةً فَخَرَجَ بَيْنَ رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا الْعَبَّاسُ لِصَلَاةِ الظُّهْرِ وَأَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بِالنَّاسِ فَلَمَّا رَآهُ أَبُو بَكْرٍ ذَهَبَ لِيَتَأَخَّرَ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنْ لَا يَتَأَخَّرَ قَالَ أَجْلِسَانِي إِلَى جَنْبِهِ فَأَجْلَسَاهُ إِلَى جَنْبِ أَبِي بَكْرٍ قَالَ فَجَعَلَ أَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي وَهُوَ يَأْتَمُّ بِصَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ بِصَلَاةِ أَبِي بَكْرٍ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ

Nabi shollallahu alaihi wasallam merasa berat (mengerjakan sholat karena sakit) kemudian beliau bertanya: Apakah manusia sudah sholat? Kami mengatakan: Tidak. Mereka menunggu anda. Nabi bersabda: Letakkan untukku air dalam bejana. Aisyah berkata: Maka kami lakukan hal itu. Kemudian beliau mandi. Saat akan bangkit beliau pingsan. Kemudian beliau siuman. Kemudian Nabi bertanya: Apakah manusia sudah sholat? Kami berkata: Tidak. Mereka menunggu anda wahai Rasulullah. Nabi bersabda: Letakkan untukku air di bejana. Kemudian beliau duduk dan mandi. Saat akan bangkit beliau pingsan. Kemudian beliau tersadar. Kemudian bertanya: Apakah manusia sudah sholat. Kami berkata: Tidak. Mereka menunggu anda wahai Rasulullah. Nabi bersabda: Letakkan untukku air di bejana. Kemudian beliau duduk dan mandi. Saat akan bangkit beliau pingsan. Kemudian beliau siuman. 
Kemudian beliau bertanya: Apakah manusia sudah sholat? Kami berkata: Tidak. Mereka menunggu anda wahai Rasulullah. Manusia diam di masjid menunggu Nabi shollallahu alaihi wasallam untuk sholat Isya. Kemudian Nabi mengutus orang untuk memerintahkan Abu Bakr agar sholat bersama manusia (sebagai Imam). Kemudian utusan itu dating dan berkata (kepada Abu Bakr): Sesungguhnya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam memerintahkan engkau untuk sholat bersama manusia. Abu Bakr adalah seseorang yang lembut. Ia berkata kepada Umar: Wahai Umar, sholatlah bersama manusia (sebagai imam). Umar berkata kepada beliau: Engkau lebih berhak untuk itu. Maka Abu Bakr menjadi Imam pada hari-hari itu. Kemudian (setelah beberapa hari) Nabi merasa agak baikan. Kemudian beliau keluar dipapah dua orang salah satunya Abbas untuk sholat Dzhuhur. Pada saat itu Abu Bakr sedang mengimami manusia. Ketika Abu Bakr melihat Nabi, beliau mundur. Nabi memberi isyarat agar Abu Bakr tidak mundur (tetap di tempat). Nabi berkata: Dudukkan aku di sampingnya (Abu Bakr). Maka beliau didudukkan di samping Abu Bakr, sehingga Abu Bakr bermakmum kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam dan manusia mengikuti Abu Bakr, dalam keadaan Nabi shollallahu alaihi wasallam sholat duduk (H.R al-Bukhari dari Aisyah) 
(dikutip dari Buku 'Fiqh Bersuci dan Sholat)
-------------------
Ustadz Abu Utsman Kharisman
--------------------------
WA al-I'tishom
_________________
Copyrigth: 1437M - 2015M http://salafykolaka.net

0 comments: