Jumat, 21 November 2014

PENTINGNYA BELAJAR ILMU DARI AHLUS SUNNAH , DAN PERINGATAN KERAS MENGAMBIL ILMU DARI AHLUL BID'AH

مناظرة الإمام الشافعي لأحد المرجئة

:قال الإمام الشافعي: ومن أين قلتَ إن العمل لا يدخل في اﻹيمان؟

قال المرجئ: من قوله تعالى: { إن الذين ءامنوا وعملو الصالحات} (البقرة277)؛
فصار الواو فصلا بين الإيمان والعمل، فالإيمان قول، والأعمال شرائع.

*فقال الشافعي: وعندك الواو فصل؟

قال المرجئ نعم.

فقال الشافعي: فإذن كنتَ تعبد إلهين: إلهاً في المشرق، وإلهاً في المغرب، لأن الله تعالى يقول: {رب المشرقين ورب المغربين}،

فغضب الرجل، وقال: سبحان الله! أجعلتني وثنيا.

فقال الشافعي: بل أنت جعلت نفسك كذلك.

قال: كيف؟

قال: بزعمك أن الواو فصل.

فقال الرجل: فإني أستغفر الله مما قلت، بل لا أعبد إلا ربا واحدا، ولا أقول بعد اليوم: إن الواو فصل، بل أقول: أن الإيمان قول وعمل، ويزيد وينقص.

: كتاب حلية الأولياء وطبقات الأصفياء لأبي نعيم الأصبهاني ( 110/9)
=====
Munaadzoroh (perdebatan)Al Imam As Syaafi'i Rohimahulloh dengan salah satu pengikut sekte murjiah
Berkata Al Imam As Syaafi'i Rohimahulloh : dari mana(landasan- ed) engkau mengatakan bahwasanya amal tidak termasuk keimanan !
Murji'i(pengikut murjiah) : dari firman Alloh -
﴿ إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات﴾
[سورة البقرة : 277]
Maka huruf wawu(pada ayat tersebut-ed)ialah wawu fasl(pemisah-ed)antara iman dengan amal,
♨maka iman ialah ucapan,sedangkan amalan² merupakan syariat²(islam-ed).
Al Imam As Syafi'i Rohimahulloh: engkau memiliki wawu fasl(wawu pemisah-ed)?
murji'i : ya
Al Imam As Syafi'i Rohimahulloh : kalau begitu kamu menyembah ✌2 sesembahan;
satu sesembahan yang di timur,
satunya sesembahan yang di barat.
✨dikarenakan Alloh berfirman-
﴿ رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ ﴾
[سورة الرحمن : 17]
" Robb 2 timur dan Robb 2 barat ".
maka Marahlah lelaki tersebut seraya berkata : "subhaanalloh,engkau menjadikan saya sebagai penyembah berhala?
Al Imam As Syafi'i Rohimahulloh : bahkan engkau telah menjadikan dirimu demikian(pemujah berhala-ed).
murji'i : bagaimana mungkin ?
Al Imam As Syafi'i : dengan sebab sangkaanmu bahwa wawu(pd ayat al baqoroh diatas-ed) ialah wawu pemisah.
murji'i : sesengguhnya aku memohon ampun kepada Alloh dari apa yang aku katakan,bahkan saya tidak beribadah melainkan kepada Robb yang esa☝.
✋Dan saya tidak menyatakan setelah ini bahwa(ada-ed)wawu fasl/pemisah.
bahkan saya katakan "sesungguhnya iman ialah ucapan dan amalan serta bertambah dan berkurang".
:حلية الأولياء
°°°°°°°°
ikhwatii fillah,hati²lah kalian dalam mempelajari ilmu,ambillah ilmu dari ahlussunnah,
Ilmu apa sih yang tidak ada pada mereka❔❓❔,
sehingga menyebabkan kita duduk bersimpuh dihadapan ahlul bid'ah menimbah ilmu dari mereka❗
saya hanya belajar bahasa arobnya saja !,
Nantikan kan saya pilah-pilah,ini yg sesuai  dengan sunnah dan itu  menyelisihi sunnah .!!
wahai hambah Alloh,engkau tau darimana, itu sesuai dengan sunnah dan ini menyelisi sunnah ,sementara kamu baru belajar.!!!
sadarlah...lihat pada kisah di atas ,hanya sebatas  1 huruf saja dlm ilmu nahwu,mereka bisa menyesatkan ummat dengan keyaqinan yg bathil,lalu bagaimana dengan 2,3,4,5,6,7,8,9,.....huruf❗
ingatlah ucapan salah seorang salaf kita -Muhammad Bin Sirin Rohimahulloh:
"إن هذا العلم دين 
فانظروا عمن تأخذون دينكم"
"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama maka hendaknya kalian melihat kepada siapa kalian mengambil agama kalian".

☝و الله أعلم بالصواب ✨
✏...Ustadz Musron Hafidzahulloh.
✨➖➖➖➖➖➖➖➖
☆~ WA Salafy Kolaka

Rabu, 19 November 2014

HAKEKAT SOMBONG ( AL KIBR )

❎ HAKIKAT SOMBONG ��
��(Al Kibr)

��قال الشيخ ربيع بن هادي المدخلي حفظه الله :

▪ﻓﺎﻟﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﺪﻭﺍفع إلى ﺍﻟﻜﻔﺮ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺭﻓﺾ ﻣﺎ ﺟﺎﺀﺕ ﺑﻪ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ

‏lﺍﻟﻜِﺒْﺮُ ﺑﻄﺮ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﻏَﻤْﻂُ ﺍﻟﻨﺎﺱ"
(ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﺑﺮﻗﻢ ‏(91 ‏)

❌ﻭﺭﺩّ ﺍﻟﺤﻖ؛ ﻳﻌﻨﻲ ﺳﻮﺍﺀ ﺭﺩ ﺍﻟﺤﻖ ﺑﻤﺎ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﺃﻭ ﺃﻱ ﺣﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻘﻮﻕ ﻳﺄﺗﻴﻚ ﻓﻼ ﺗﺨﻀﻊ ﻟﻪ ﻭﺗﺮﻓﻀﻪ ﻭﺗﺤﺘﻘﺮ من يأﺗﻴﻚ ﺑﻪ؛

❌ﺗﻐﻤﻂ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺄﺗﻴﻚ ﺑﻪ ﻭﺗﺮﺩ ﺍﻟﺤﻖ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻨﺪﻩ .

❌ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﻜﺒﺮ ﺑﺄﻱ ﺣﺎﻟﻤﻦ ﺍﻷﺣﻮﺍﻝ؛ ﺧﻠﻖ ﺫﻣﻴﻢ ﻭﻳﺒﻐﻀﻪ ﺍﻟﻠﻪ‏

"ﺍﻟﻜﺒﺮﻳﺎﺀ ﺭِﺩﺍﺋﻲ ﻭﺍﻟﻌﻈﻤﺔﺇِﺯﺍﺭﻱ ﻓَﻤﻦ ﻧﺎﺯﻋﻨﻲ ﻭﺍﺣﺪًﺍ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻗَﺬﻓﺘُﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ‏"
(ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻓﻲ ﺳﻨﻨﻪ ﺑﺮﻗﻢ ‏4090 ‏ﻭﻫﻮ ﺻﺤﻴﺢ)

��ﻭﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ

‏"ﺍﻟﻜﺒﺮﻳﺎﺀ ﺭﺩﺍﺋﻲ ﻓﻤﻦ ﻧﺎﺯﻋﻨﻲ ﻓﻲ ﺭﺩﺍﺋﻲ ﻗﺼﻤﺘﻪ"

��ﻳﻌﻨﻲ يهلكه و ﻳﻘﻄﻊ ﺩﺍﺑﺮﻩ، ﻓﻼ ﺗﺴﺘﻜﺒﺮ.

��شرح وصايا لقمان الحكيم لإبنه للشيخ ربيع بن هادي المدخلي

��Asy Syaikh Robi' bin Hadiy Al Madkhaliy hafizhahullah berkata:

▪"Sombong adalah sebesar-besar faktor pendorong menuju kekufuran kepada Allah dan menolak agama yang di bawa para Rasul -semoga shalawat dan salam terlimpah kepada mereka-

‏"ﺍﻟﻜِﺒْﺮُ ﺑﻄﺮ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﻏَﻤْﻂُ ﺍﻟﻨﺎﺱ"

"Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia."
HR.Muslim nomor 91

❌Menolak kebenaran, sama saja menolak kebenaran tauhid atau segala kebenaran yang disampaikan kepadamu, namun engkau tidak tunduk kepadanya dan menolaknya, serta MERENDAHKAN ORANG YANG MENYAMPAIKAN KEPADAMU.

❌Engkau meremehkan orang yang membawa kebenaran kepadamu dan engkau menolak kebenaran yang ada padanya.

❌Tidak boleh sombong dalam keadaan apapun, sombong adalah akhlak tercela yang Allah murkai, Allah berfirman:

"ﺍﻟﻜﺒﺮﻳﺎﺀ ﺭِﺩﺍﺋﻲ ﻭﺍﻟﻌﻈﻤﺔﺇِﺯﺍﺭﻱ ﻓَﻤﻦ ﻧﺎﺯﻋﻨﻲ ﻭﺍﺣﺪًﺍ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻗَﺬﻓﺘُﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ‏"

"Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah kain-Ku, maka siapa yang melepas keduanya dari-Ku Aku lemparkan dia ke neraka."
HR. Abu Dawud dalam Sunannya no. 4090 dan hadits ini shahih

��Dalam riwayat yang lain:

‏"ﺍﻟﻜﺒﺮﻳﺎﺀ ﺭﺩﺍﺋﻲ ﻓﻤﻦ ﻧﺎﺯﻋﻨﻲ ﻓﻲ ﺭﺩﺍﺋﻲ ﻗﺼﻤﺘﻪ"

"Kesombongan adalah selendang-Ku maka siapa yang melepas selendang-Ku aku binasakan dia."

��Allah akan mencelakakan dan membinasakannya, maka janganlah engkau bersikap sombong."

��Syarh Washaya Luqman Al Hakim Li Ibnihi Lisy Syaikh Rabi' bin Hadi Al Madkhali
▫ ➰ ▫ ➰ ▫

��F.I.S Forum Ikhwah Salafiyyin
منتدى الإخوان السلفيين

HUKUM BERDUSTA DALAM CANDA

Yang Mulia Al-’Allaamah Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah
Pertanyaan: Ketika bercanda dan tertawa bersama teman-teman, masuk padanya kedustaan. Tidak ada tujuan kecuali hanya untuk mancing tertawa dan bercanda, maka apa nasihat anda? semoga Allah membalas kepada anda kebaikan.
Jawaban :
Tidak boleh bagi seorang muslim atau muslimah untuk berdusta walaupun dalam bercanda. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
”Celaka bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta agar tertawa denganya suatu kaum, celaka dia kemudian celaka dia.”
Ini adalah ancaman. Lafazh al-Wail (dalam hadits-pent) karena kerasnya adzab. Di sini Nabi mengatakan :
” Wail (celaka) bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta agar tertawa denganya suatu kaum, celaka dia kemudian celaka dia.”
Maka wajib bagimu wahai saudaraku untuk menjauhi hal itu, dan wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk menjauhi hal itu. Maka dusta itu adalah kejelekkan, maka wajib menjauhinya apakah ketika serius ataupun bercanda semuanya. Semoga Allah membalas kalian dengan kabaikan.
✏ Diterjemahkan dari Group Tafsir wal ‘Ulama al-’Asyarah 6 oleh Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary


Selasa, 11 November 2014

{TAUHID}- Silsilah Tauhid Ibadah | Asy-Syaikh 'Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah

1. Tauhid Ibadah adalah “Mengesakan Allah dalam semua jenis ibadah, dan meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya.” Allah berfirman : (artinya) Artinya: ” Beribadahlah (hanya) kepada Allah dan janganlah kalian menyekutukannya dengan sesuatu apapun.” (QS. an-Nisa : 36) (Ayat di atas) adalah makna kalimat Laa ilaha illallah, dan itulah inti dakwah para rasul. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
2. Tauhid, dengannyalah Allah leburkan (hapuskan) berbagai dosa. Di dalam Hadits Qudsi (Allah berfirman): Artinya: ” Wahai anak Adam (umat manusia), seandainya kalian bertemu dengan-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, namun engkau tidak berbuat syirik terhadap-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” ( HR. at-Tirmidzi) ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
3. Diantara Keutamaan Tauhid Masuk ke dalam Jannah tanpa Hisab dan tanpa Adzab bagi siapa saja yang merealisasikan Tauhid serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, sebagaimana pada hadits dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Sallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ومعهم سبعون ألفا يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب (إلى قوله) هم الذين لا يسترقون ولا يكتوون و لا يتطيرون و على ربهم يتوكلون Artinya: “Dan bersama mereka (umatmu wahai Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam) 70. 000 orang masuk ke dalam Jannah tanpa Hisab dan tanpa Adzab … (sampai pada sabda Beliau) …Mereka (70. 000 orang yang masuk Jannah tanpa Hisab dan tanpa Adzab) adalah ▪ orang -orang yang tidak meminta diruqyah, ▪ tidak berobat dengan kay (besi panas), dan ▪ tidak pula bertathayyur (beranggapan sial), serta ▪mereka berTAWAKKAL HANYA KEPADA ALLAH Jalla wa ‘Ala. ( Muttafaqun ‘alaihi.) ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
4. Wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah untuk merasa takut dan khawatir dari terjatuh kepada KESYIRIKAN. Tidak ada sesuatu apapun yang lebih berbahaya dari SYIRIK, karena (berlandaskan hadits): من مات يشرك بالله شيئا دخل النار Artinya: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan membawa dosa SYIRIK, maka dia masuk ke dalam AN-NAAR (Neraka).” Muttafaqun alaihi. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
5. Nabi Ibrahim sang Khalilulurrahman (Kekasih Allah) ‘alaihissalam benar-benar TAKUT dari KESYIRIKAN, padahal kedudukan beliau sangat tinggi di sisi-Nya. Beliau pun berdoa و اجنبني و بني أن نعبد الأصنام Artinya: “Jauhkanlah aku (sejauh-jauhnya, pen) dan keturunanku dari beribadah kepada berhala.” Lalu bagaimana kita tidak lebih merasa takut terhadap kesyirikan daripada beliau?! ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
6. Dakwah Para Rasul seluruhnya adalah mengesakan (mentauhidkan) Allah dalam segala macam bentuk ibadah dan meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya. Semua Rasul berkata kepada kaumnya: اعبدوا الله ما لكم من إله غيره Artinya: “Beribadahlah kalian kepada Allah. Tidaklah kalian memiliki sesembahan (yang berhak diibadahi) selain-Nya.” ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
7. Dakwah para pengikut Rasul yang ditegakkan di atas Bashirah (Ilmu dan Yakin) adalah dakwah yang MENGAJAK kepada TAUHID dan MENINGGALKAN SYIRIK, sebagaimana dalam firman Allah: (Artinya) “Katakanlah wahai Muhammad, ini adalah jalanku. Aku berdakwah menyeru ke jalan Allah di atas Bashirah (Ilmu dan Yakin), (ini adalah) jalanku dan para pengikutku.” (QS Yusuf:108). ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
8. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dan JUGA BERIBADAH KEPADA SELAIN ALLAH seperti beristighatsah kepada Allah dan juga beristighatsah kepada orang yang telah mati, maka ibadah yang ia persembahkan untuk Allah TIDAK BERMANFAAT sedikitpun baginya. Allah telah mengkafirkan Musyrikin Quraisy padahal mereka beribadah kepada Allah. Tetapi mereka juga beribadah kepada sesembahan-sembahan mereka di samping beribadah kepada Allah ✒asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
9. Jimat-jimat, mantra-mantra, ataupun rajah-rajah tidak bisa menangkal gangguan jin darimu, tidak bisa pula penyakit ‘ain dan hasad. Sebaliknya, tidak bisa memberikan kebaikan untukmu. Sebagaimana dalam hadits: “Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu, maka dia diserahkan kepada apa yang ia gantungkan itu.” Yaitu dia ditelantarkan dan tidak mendapat apapun darinya (benda-benda yang ia gantungkan tersebut ). ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
10. Di dalam ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim), Nabi Salallahi alaihi wa sallam MEMERINTAHKAN untuk MEMOTONG/MEMUTUSKAN senar/tali-tali busur dan kalung-kalung (yang digunakan untuk tolak balak) yang biasa diikatkan di leher hewan-hewan tunggangan. Hadits-hadits lain menunjukkan bahwa SEBAB larangan tersebut adalah karena hal itu (meyakini senar dan kalung tersebut sebagai tolak balak, pen) termasuk keSYIRIKan. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
11. Menggantungkan Tamaim (jimat-jimat dalam rangka menolak balak) adalah perbuatan SYIRIK, berdasarkan hadits: من تعلق تميمة فقد أشرك Artinya: “Barangsiapa yang menggantungkan Tamimah (jimat) maka dia telah berbuat SYIRIK” Jika seseorang meyakini bahwasannya jimat tersebut bisa memberikan manfaat dengan seizin Allah, maka itu adalah SYIRIK KECIL. Jika dia meyakininya bisa memberikan manfaat dengan sendirinya maka itu adalah SYIRIK BESAR. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
12. Diharamkan untuk NGALAP BAROKAH dari pepohonan dan bebatuan secara mutlak. Adapun menyentuh al-Hajar al-Aswad dan Rukun Yamani (yang ada di Ka’bah), maka itu dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah dan meneladani Rasulullah ‘alaihi ash-Shalatu wa as-Salam, BUKAN dalam rangka ngalap barokah. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
13. Fitnah (godaan) Syaithan terhadap sebagian manusia adalah dengan pohon-pohon (yang diyakini keramat, pen). Sehingga mereka menyembahnya di samping beribadah kepada Allah. Sebagaimana Syaithan memfitnah musyrikin Quraisy dengan pohon ‘Uzza, mereka pun menyembahnya. Syaithan juga memfitnah mereka dengan pohon Dzatu Anwath, sehingga mereka pun ngalap barokah kepadanya. Sebagaimana firman Allah: أفرأيتم اللات و العزى Artinya: “Bagaimanakah menurut kalian tentang Latta dan ‘Uzza.” ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
14. Menyembelih untuk selain Allah (yang dijadikan sesajen untuk kuburan/tempat keramat; atau larung untuk kawah atau segoro kidul, dll, pen) adalah SYIRIK. ▪ Allah Ta’ala berfirman: قل إن صلاتي و نسكي و محياي و مماتي لله رب العالمين Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad), sesungguhnya shalatku, sesembelihanku, hidup, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam.” Juga firmanNya: فصل لربك و انحر Artinya: “Shalatlah dan menyembelihlah untuk Allah” Sebagaimana Anda shalat hanya kepada Allah saja, demikian pula menyembelih juga hanya untuk-Nya semata. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
15. Sebuah Hadits Shahih : لعن الله من ذبح لغير الله Artinya: ” Allah melaknat siapa saja yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR. Muslim) Laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah. Lalu, bagaimana dengan orang yang menyembelih untuk (yakni disajikan dan dipersembahkan kepada, pen) Jin, para tukang sihir, kuburan-kuburan, dan pemakaman-pemakaman wal ‘iyadzu billah. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
16. Di antara upaya penjagaan Nabi Salallahu alaihi wa sallam terhadap Tauhid : Beliau melarang menyembelih untuk Allah — yang itu merupakan ibadah — di tempat yang di situ pernah dilakukan penyembelihan untuk selain Allah, atau tempat yang di situ pernah dilaksanakan perayaan-perayaan adat Jahiliyah. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
17. Nadzar termasuk ibadah. Allah memuji siapa saja yang menunaikannya (untuk Allah). Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Mereka (orang-orang mukmin) menunaikan NADZAR mereka.” (QS. al-Insan : 7) Barangsiapa yang bernadzar untuk selain Allah, contohnya orang yang bernadzar untuk kuburan-kuburan atau wali-wali, maka sungguh dia telah memalingkan ibadah kepada selain Allah Ta’ala. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
18. Isti’adzah (meminta perlindungan) termasuk Ibadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah: Artinya: “Beristi’adzahlah kepada Allah.” (QS. an-Nahl : 98) Maka barangsiapa yang beristi’adzah kepada selain Allah dalam hal yang tidak mungkin mengabulkannya kecuali hanya Allah, atau beristi’adzah kepada mayit (orang yang telah wafat), atau beristi’adzah kepada orang hidup, namun jauh posisinya (tidak di hadapan kita), tanpa ada penghubung Sungguh dia telah berbuat SYIRIK. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
19. Istighatsah (mohon pertolongan dalam kondisi darurat) merupakan Ibadah, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala (artinya) : Artinya: “Ketika kamu beristighatsah kepada Rabbmu (dalam perang Badr, pen), maka Dia mengabulkannya untukmu” (QS. al-Anfal : 9) Barangsiapa yang Beristighatsah kepada selain Allah dalam perkara yang tidak dimampui kecuali hanya Allah semata atau beristighatsah kepada mayit (orang yang telah wafat) atau beristighatsah kepada orang hidup namun jauh posisinya (tidak hadir di hadapan kita), tanpa ada penghubung. Maka sungguh dia telah berbuat SYIRIK. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
20. Semua selain Allah tidak memiliki Manfaat (Kebaikan) ataupun Madharat (Kejelekan) sedikit pun. Sampai-sampai Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pun berkata kepada Putri beliau sendiri, Fatimah: Artinya: “Aku tidak mampu berbuat apa-apa terhadapmu di hadapan Allah”. Lalu, bagaimana mungkin akan dibenarkan peribadahan kepada selain Allah??! ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
21. Para Malaikat dengan kondisi ciptaan mereka yang begitu besarnya, dan mereka senantiasa taat kepada Allah serta jauh dari kemaksiatan sama sekali, namun demikian mereka TAKUT kepada Allah bahkan jatuh pingsan ketika Allah berbicara dengan pembicaraan yang Dia kehendaki. Maka, bagaimana mungkin mereka (para Malaikat) diibadahi bersamaan dengan peribadahan kepada Allah?? ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
22. Seseorang tidak akan bisa memberi syafa’at kepada orang lain kecuali bila terpenuhi 2 syarat: -> Izin Allah bagi orang yang memberi Syafa’at -> Ridha Allah terhadap orang yang akan diberi Syafa’at Tidak ada seorang pun yang mendapat bagian Syafa’at untuk keluar dari an-Naar (Neraka) jika dia mati dalam keadaan MUSYRIK. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
23. Siapapun selain Allah tidak memiliki apapun -walau sekecil dzarrah (atom) – baik di bumi maupun di langit. Tidak memiliki sepenuhnya ataupun berserikat dengan Allah. Tidak pula membantu Allah dalam (mengatur) KerajaanNya, dan tidak pula memiliki hak untuk memberi Syafa’at tanpa seizin-Nya. Lalu, atas kebutuhan apa dia diibadahi??! ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
24. Nabi Sallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersemangat dalam berusaha mengantarkan paman beliau Abu Thalib kepada Hidayah, namun ternyata beliau TIDAK MAMPU untuk itu. Maka Allah pun turunkan firman-Nya: Artinya: “Sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) tidak bisa memberi petunjuk/hidayah kepada orang yang kamu cintai … “ (QS. al-Qashash : 56) Jika demikian, siapakah yang berhak untuk diibadahi? Yang berhak adalah Allah, yang hati para hamba ada di tangan-Nya ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
25. Perbuatan SYIRIK kepada Allah yang pertama kali terjadi di muka bumi adalah sikap Ghuluw/ekstrim (berlebihan) dalam mengagungkan 5 nama orang shalih, yaitu: 1. Wadd 2. Suwa’ 3. Yaghuts 4. Ya’uq 5. Nasr (Yang mereka berlima ini) hidup pada masa kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam, 10 abad setelah berlalunya masa Nabi Adam ‘alaihissalam. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
26. Setelah mereka berlima wafat, dibuatlah gambar mereka dalam bentuk patung/monumen. Tujuannya adalah memompa semangat dalam beramal ketaatan tatkala mengingat mereka. Setelah berlalunya masa yang panjang dan dilupakannya ilmu, akhirnya mereka diibadahi bersamaan diibadahinya Allah ‘Azza wa Jalla. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
27. Ghuluw (sikap ekstrim/kultus) terhadap orang-orang shalih, serta NGALAP BAROKAH kepada mereka ketika masih hidup, mengagungkan kuburan mereka, menguburkannya di masjid, atau membangun masjid di atas kuburan mereka (Semua ini) merupakan sebab terbesar maraknya keSYIRIKan terhadap Allah Jalla wa ‘Ala. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
28. Di antara wasiat-wasiat terakhir Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat beliau adalah PERINGATAN KERAS beliau dari perbuatan MENJADIKAN KUBURAN SEBAGAI MASJID. Maka (atas dasar inilah, pen) dilarang : membangun masjid di atas kuburan, dan tidak boleh pula menguburkan jenazah di dalam masjid. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
29. Termasuk yang membuat harus takut dari terjerumus pada SYIRIK adalah, kabar dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya sebagian dari umat ini akan kembali beribadah kepada berhala-berhala, dan sebagian yang lain akan bergabung bersama barisan kaum MUSYRIKIN. Ya Allah, kokohkanlah kami di atas Tauhid sampai kami bertemu dengan-Mu. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
30. Mempelajari dan Mengajarkan Ilmu Sihir hukumnya adalah KUFUR sebagaimana firman Allah: Artinya: “Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh para Syaithan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman tidaklah kafir, akan tetapi para Syaithan lah yang kafir. Mereka MENGAJARKAN ILMU SIHIR kepada manusia.” (QS. al-Baqarah : 102) ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
31. Sihir memiliki sekian mara bahaya yang begitu besar, seperti bertaqarrub kepada para Syaithan mengotori Mushaf Al-Quran mengganggu umat manusia pada hati-hati mereka berupa perasaan cinta, benci, juga dalam menyatukan dan memisahkan mereka gangguan terhadap akal-akal manusia juga gangguan terhadap badan-badan mereka baik berupa sakit ataupun kematian. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
32. Hukuman bagi Tukang Sihir adalah dibunuh, yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Dalam rangka menyelamatkan umat manusia dari kejelekan dan kejahatan mereka. Sebagaimana dalam hadits (mauquf, pen) حدالساحرضربةباالسيف Artinya: “Hukuman seorang tukang sihir adalah ditebas/dipenggal dengan pedang”. (HR. at-Tirmidzi 1460) Mengobati sihir adalah dengan Ruqyah Syar’iyyah, dan dengan melepaskan ikatan pada buhul-buhul (yang menjadi sumber sihirnya, pen) jika ditemukan. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
33. Tidak ada satu pun yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah. Barangsiapa yang mengaku mengetahui ilmu ghaib, maka sungguh dia telah KAFIR. Barangsiapa yang membenarkan orang yang mengaku tahu perkara ghaib, sungguh dia telah menjadikan orang tersebut sebagai sekutu/tandingan bagi Allah dalam Sifat-Nya. Maha Tinggi dan Maha Suci Allah (dari apa yang mereka persekutukan, pen). ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
34. Banyak manusia terfitnah/tertipu dengan nujum (astrologi) dan gugus-gugus bintang. Mereka berkeyakinan bahwasannya bintang-bintang tersebut bisa memberikan pengaruh dalam kebahagiaan seseorang dan kesengsaraannya, hidup dan matinya. Padahal sebenarnya itu semua di Tangan Allah semata. Gugus-gugus bintang tersebut tidak memberikan pengaruh apapun. ✒ asy-Syaikh ‘Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
35. Di antara gambaran Perdukunan Syirik : ❌ klaim (para dukun, pen) mengetahui ilmu ghaib, ✋ membaca (nasib seseorang) pada telapak tangannya atau bejana, membuat garis-garis dalam meramal, serta meyakini perbintangan (zodiak, pen). ✒ asy-Syaikh 'Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah
36. Sebagian mereka berkata: "Kebaikan, wahai burung". Tathayyur (beranggapan sial) dengan burung dan lainnya termasuk SYIRIK, berdasarkan hadits : الطيرة شرك Artinya: "Tathayyur adalah SYIRIK". Jika engkau berniat untuk melakukan suatu yang tidak diharamkan, maka lakukanlah. Jangan sampai engkau membatalkannya hanya karena anggapan sial ataukah Tathayyur. ---------------

 Asy-Syaikh 'Ali bin Yahya al-Haddadi hafizhahullah

WhatsApp Manhajul Anbiya Indonesia


Kategori : Tauhid

Jumat, 07 November 2014

Bantahan Al ‘Allaamah Asy-Syaikh Muhammad Amiin Asy-Syinqithi terhadap syubhat tidak wajibnya ‘Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Bantahan Al ‘Allaamah Asy-Syaikh Muhammad Amiin Asy-Syinqithi terhadap syubhat tidak wajibnya ‘Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Berkata Al-‘Allaamah al-mufassir asy-syaikh Asy-Syinqithi rahimahullah didalam tafsirnya Adhwa’ul Bayaan, ketika menjelaskan firman Allah ‘azza wa jalla ;

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ}، المائدة 105
Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian (saja); tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Al-Ma’idah 105.

Sebagian orang yang bodoh telah menyangka bahwa yang dzohir dari ayat ini menunjukkan tidak adanya kewajiban “amar ma’ruf dan nahi mungkar” menyeru kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, akan tetapi didalam ayat itu sendiri mengisyaratkan bahwa yang demikian apabila orang tersebut telah berusaha (amar ma’ruf nahi mungkar-pent) dan belum diterima darinya apa yang telah ia perintahkan. Yang demikian dipahami dari firman Allah ‘azza wa jalla {إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} artinya : “apabila kalian telah mendapat petunjuk”, karena barangsiapa yang meninggalkan “amar ma’ruf nahi mungkar” tidak dikatakan ia telah mendapat hidayah. Dan diantara yang mengatakan seperti ini adalah Hudzaifah, Sa’id ibnul Musayyib, seperti yang dinukilkan dari keduanya oleh Al-Alusy didalam tafsirnya dan Ibnu Jarir. Juga dinukilkan oleh Al-Qurthuby dari Sa’id ibnul Musayyib dan Abu ‘Ubaid Al-Qosim bin Sallaam. Demikian pula yang semisalnya oleh Ibnu Jarir dari sekelompok para sahabat,diantaranya adalah Ibnu Umar dan Ibnu Mas’ud.

Dan diantara sebagian ulama ada yang mengatakan; {إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} yaitu apabila kalian memerintahkan kemudian mereka tidak mau mendengarkan. Dan diantara mereka ada yang mengatakan bahwa menyeru kepada kebaikan termasuk didalam makna kata الاهتداء didalam ayat. Dan ini sangat jelas, tidak boleh berpaling darinya bagi mereka yang adil.     

Dan diantara yang menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan “amar ma’ruf” bukanlah orang yang mendapat petunjuk, bahwa Allah ‘azza wa jalla telah bersumpah bahwa mereka adalah orang-orang yang merugi. Di dalam firman-Nya ;
{وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْأِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ, إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}
Artinya : Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Maka yang benar “amar ma’ruf nahi mungkar” adalah perkara yang wajib. Seseorang yang menyeru kepada kebaikan (kebenaran), setelah melakukan kewajibannya, maka tidak akan memudharatkannya kesesatan orang yang tersesat. Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan dibanyak ayat, seperti firman Allah ta’ala ;
{وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً}
Artinya : Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.

Demikian pula hadits-hadits yang menyatakan apabila manusia telah meninggalkan “amar ma’ruf nahi mungkar”, Allah akan menimpakan kepada mereka adzab yang merata.
Diantaranya adalah apa yang telah dikeluarkan oleh Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim didalam shahih keduanya dari Ummul Mu’minin Ummul Hakam Zainab bintu Jahsy radhiallahu ‘anha
أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل عليها فزعاً مرعوباً يقول: "لا إله إلا الله، ويل للعرب من شر قد اقترب، فتح اليوم من ردم يأجوج ومأجوج، مثل هذه" وحلق بإصبعيه الإبهام، والتي تليها فقلت: يا رسول الله أنهلك وفينا الصالحون؟ قال: "نعم إذا كثر الخبث".

Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang kepadanya dengan gemetar sambil berkata: "Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya'juj dan Ma'juj seperti ini". Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. Zainab binti Jahsy berkata, Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang shalih?". Beliau menjawab: "Ya, benar jika keburukan telah merajalela".

وعن النعمان بن بشير رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "مثل القائم في حدود الله، والواقع فيها، كمثل قوم استهموا على سفينة، فصار بعضهم أعلاها، وبعضهم أسفلها، وكان الذين في أسفلها إذا استقوا من الماء مروا على من فوقهم، فقالوا: لو أنا خرقنا في نصيبنا خرقاً، ولم نؤذ من فوقنا فإن تركوهم وما أرادوا، هلكوا جميعاً، وإن أخذوا على أيديهم نجوا، ونجوا جميعاً".

Dan dari An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal lalu sebagian dari mereka ada yang mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bagian bawah perahu. Lalu orang yang berada di bawah perahu bila mereka mencari air untuk minum mereka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas seraya berkata; "Seandainya boleh kami lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bagian kami sehingga kami tidak mengganggu orang yang berada di atas kami". Bila orang yang berada di atas membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang di bawah itu maka mereka akan binasa semuanya. Namun bila mereka mencegah dengan tangan mereka maka mereka akan selamat semuanya". Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan At-Tirmidzi

وعن أبي بكر الصديق رضي الله عنه قال: يا أيها الناس إنكم تقرؤون هذه الآية {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ}، وإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "إن رأى الناس الظالم فلم يأخذوا على يده، أو شك أن يعمهم الله بعقاب منه"

Dari Abu Bakr Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu, beliau berkata "Wahai manusia sekalian, kalian telah membaca ayat ini, (namun kalian tidak meletakkannya sebagaimana mestinya): '(.. jagalah dirimu; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi madharat kepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk..) ' -Al Maidah: 105-. (Abu Bakar berkata;) "Kami mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang melihat kezhaliman kemudian tidak mencegah dengan tangannya, maka sangat dikawatirkan Allah akan menimpakan siksa kepada mereka secara merata." Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’I dengan sanad yang shahih.

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن أول ما دخل النقص على بني إسرائيل، أنه كان الرجل يلقى الرجل فيقول: يا هذا اتق الله، ودع ما تصنع، فإنه لا يحل لك ثم يلقاه من الغد وهو على حاله، فلا يمنعه ذلك أن يكون أكيله وشربيه وقعيده، فلما فعلوا ذلك ضرب الله قلوب بعضهم ببعض"، ثم قال: {لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرائيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ, كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ, تَرَى كَثِيراً مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ, وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيراً مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} ، ثم قال: "كلا والله لتأمرن بالمعروف، ولتنهون عن المنكر ولتأخذن على يد الظالم، ولتأطرنه على الحق أطراً، ولتقصرنه على الحق قصراً، أو ليضربن الله قلوب بعضكم ببعض ثم ليلعننكم كما لعنهم".

Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kemaksiatan pertama kali yang terjadi pada bani Isra'il adalah ketika seorang laki-laki berjumpa seorang laki-laki lain, ia berkata, "Wahai saudaraku, bertakwalah kepada Allah, tinggalkan apa yang telah engkau lakukan, karena itu tidak halal untuk kamu lakukan." Kemudian keesokan harinya ia berjumpa lagi dengannya, namun perbuatan maksiat yang ia larang (kepada temannya) tidak mencegah dirinya untuk menjadikannya sebagai teman makan dan minum serta duduknya (yakni ikut bersama dalam kemaksiatan), maka ketika mereka melakukan hal itu, Allah menghitamkan hati sebagian mereka karena sebab sebagian yang lain. Kemudian beliau membaca: (Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam) hingga firmannya: (orang-orang yang fasik) '. Kemudian beliau bersabda; "Demi Allah hendaklah kalian benar-benar memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan mencabutnya dari tangan orang zhalim lalu mengambalikannya (membelokkannya) kepada kebenaran serta konsisten terhadap kebenaran itu." "atau (jika tidak) Allah benar-benar akan menutup hati kalian karena (tutupnya) sebagian yang lain, kemudian melaknat kalian sebagaimana telah melaknat mereka (orang-orang bani Israil)."
Riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi, beliau berkata: hadits hasan, dan ini adalah lafadz Abu Dawud, adapun lafadz At-Tirmidzi ;

"لما وقعت بنو إسرائيل في المعاصي، نهتهم علماؤهم فلم ينتهوا فجالسوهم وواكلوهم وشاربوهم فضرب الله قلوب بعضهم ببعض ولعنهم على لسان داود وعيسى ابن مريم ذلك بما عصوا وكانوا يعتدون"، فجلس رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان متكئاً، فقال: "لا والذي نفسي بيده حتى يأطروهم على الحق أطرا".

"Saat Bani Isra`il bergelimang dengan kemaksiatan-kemaksiatan, maka para ulama mereka melarang mereka, namun mereka tidak juga jera. Lalu para ulama mereka menemani mereka di majlis-majlis mereka, turut makan dan minum bersama mereka, lalu Allah mencampur adukkan hati mereka satu sama lain dan melaknat mereka melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam, itu karena mereka durhaka dan melanggar QS Al Ma`idah; 78. Ibnu Mas'ud berkata; Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk bersandar kemudian bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, hingga mereka benar-benar membelot di atas kebenaran."
Dan makna تأطروهم adalah membelokkan , sedangkan makna تقصرونه  adalah menutupnya .

Dan hadits-hadits dalam permasalahan ini sangat banyak, yang didalamnya terdapat petunjuk yang jelas bahwa “amar ma’ruf nahi mungkar” termasuk didalam makna ayat {إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} .Didukung pula oleh ayat-ayat yang banyak yang menunjukkan wajibnya “amar ma’ruf nahi mungkar” seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala ;
{وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. إهــــ

Allah Al-Muwaffiq ilaa sabiil ar-rasyaad.

Abu Ja’far Balikpapan
غفر الله له ولوالديه وللمسلمين
Jum'at, 14 Muharam 1436 H.

-----------------------------------------------

قال رحمه الله عند قوله عز وجلّ : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ}، المائدة 105
قد يتوهم الجاهل من ظاهر هذه الآية الكريمة عدم وجوب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، ولكن نفس الآية فيها الإشارة إلى أن ذلك فيما إذا بلغ جهده فلم يقبل منه المأمور، وذلك في قوله: {إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} [5/105]؛ لأن من ترك الأمر بالمعروف لم يهتد، وممن قال بهذا حذيفة، وسعيد بن المسيب، كما نقله عنهما الألوسي في تفسيره، وابن جرير، ونقله القرطبي عن سعيد ابن المسيب، وأبي عبيد القاسم بن سلام، ونقل نحوه ابن جرير عن جماعة من الصحابة منهم ابن عمر وابن مسعود.فمن العلماء من قال: {إِذَا اهْتَدَيْتُمْ}، أي: أمرتم فلم يسمع منكم، ومنهم من قال: يدخل الأمر بالمعروف في المراد بالاهتداء في الآية، وهو ظاهر جداً ولا ينبغي  العدول عنه لمنصف.
ومما يدل على أن تارك الأمر بالمعروف غير مهتد، أن الله تعالى أقسم أنه في خسر في قوله تعالى: {وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْأِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ, إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ} ، فالحق وجوب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، وبعد أداء الواجب لا يضر الآمر ضلال من ضل. وقد دلت الآيات كقوله تعالى: {وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً}، والأحاديث على أن الناس إن لم يأمروا بالمعروف، ولم ينهوا عن المنكر، عمهم الله بعذاب من عنده.
فمن ذلك ما خرجه الشيخان في صحيحهما عن أم المؤمنين أم الحكم زينب بنت جحش رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل عليها فزعاً مرعوباً يقول: "لا إله إلا الله، ويل للعرب من شر قد اقترب، فتح اليوم من ردم يأجوج ومأجوج، مثل هذه" وحلق بإصبعيه الإبهام، والتي تليها فقلت: يا رسول الله أنهلك وفينا الصالحون؟ قال: "نعم إذا كثر الخبث".
وعن النعمان بن بشير رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "مثل القائم في حدود الله، والواقع فيها، كمثل قوم استهموا على سفينة، فصار بعضهم أعلاها، وبعضهم أسفلها، وكان الذين في أسفلها إذا استقوا من الماء مروا على من فوقهم، فقالوا: لو أنا خرقنا في نصيبنا خرقاً، ولم نؤذ من فوقنا فإن تركوهم وما أرادوا، هلكوا جميعاً، وإن أخذوا على أيديهم نجوا، ونجوا جميعاً"، أخرجه البخاري والترمذي.
وعن أبي بكر الصديق رضي الله عنه قال: يا أيها الناس إنكم تقرؤون هذه الآية {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ}، وإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "إن رأى الناس الظالم فلم يأخذوا على يده، أو شك أن يعمهم الله بعقاب منه"، رواه أبو داود والترمذي والنسائي بأسانيد صحيحة، وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن أول ما دخل النقص على بني إسرائيل، أنه كان الرجل يلقى الرجل فيقول: يا هذا اتق الله، ودع ما تصنع، فإنه لا يحل لك ثم يلقاه من الغد وهو على حاله، فلا يمنعه ذلك أن يكون أكيله وشربيه وقعيده، فلما فعلوا   ذلك ضرب الله قلوب بعضهم ببعض"، ثم قال: {لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرائيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ, كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ, تَرَى كَثِيراً مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ, وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيراً مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} ، ثم قال: "كلا والله لتأمرن بالمعروف، ولتنهون عن المنكر ولتأخذن على يد الظالم، ولتأطرنه على الحق أطراً، ولتقصرنه على الحق قصراً، أو ليضربن الله قلوب بعضكم ببعض ثم ليلعننكم كما لعنهم".
رواه أبو داود والترمذي وقال: حسن، وهذا لفظ أبي داود، ولفظ الترمذي قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لما وقعت بنو إسرائيل في المعاصي، نهتهم علماؤهم فلم ينتهوا فجالسوهم وواكلوهم وشاربوهم فضرب الله قلوب بعضهم ببعض ولعنهم
على لسان داود وعيسى ابن مريم ذلك بما عصوا وكانوا يعتدون"، فجلس رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان متكئاً، فقال: "لا والذي نفسي بيده حتى يأطروهم على الحق أطرا".
ومعنى تأطروهم أي تعطفوهم، ومعنى تقصرونه: تحبسونه، والأحاديث في الباب كثيرة جداً، وفيها الدلالة الواضحة على أن الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر داخل في قوله {إِذَا اهْتَدَيْتُمْ}، ويؤيده كثرة الآيات الدالة على وجوب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر كقوله تعالى: {وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} .
�� WA thullab al-fyusy & SLN ��