Minggu, 05 Juli 2015

{ Jama'ah Tabligh }- [ Bagian 3 ]- MEMBONGKAR KEDOK JAMA'AH TABLIGH


(Bagian - 3)

Asas dan Landasan Jama'ah Tabligh
-------------------------------------
Jama'ah Tabligh mempunyai suatu asas dan landasan yang sangat teguh mereka pegang, bahkan cenderung berlebihan.
Asas dan landasan ini mereka sebut dengan Al-Ushulus Sittah (enam landasan pokok) atau Ash-Shifatus Sittah (Sifat yang Enam / Enam Sifat).
☑ Dengan rincian sebagai berikut:
Sifat PERTAMA:
Merealisasikan Kalimat Thayyibah Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah.
Mereka menafsirkan makna Laa Ilaha Illallah dengan:
“mengeluarkan keyakinan yang rusak tentang sesuatu dari hati kita dan memasukkan keyakinan yang benar tentang dzat Allah, bahwasanya Dialah Sang Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Maha Mendatangkan Mudharat dan Manfaat, Maha Memuliakan dan Menghinakan, Maha Menghidupkan dan Mematikan”.
Kebanyakan pembicaraan mereka tentang tauhid, hanya BERKISAR PADA TAUHID RUBUBIYYAH SEMATA.
(Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 4)
☝Padahal makna Laa Ilaha Illallah, sebagaimana diterangkan para 'Ulama adalah:
“Tiada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Allah.”
(Lihat Fathul Majid, karya Asy-Syaikh 'Abdurrahman bin Hasan Alusy Syaikh, hal. 52-55).
Adapun makna merealisasikannya adalah merealisasikan tiga jenis tauhid;
Al-Uluhiyyah
Ar-Rububiyyah
dan Al-Asma waSh Shifat
(Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha, karya Abu Ibrahim Ibnu Sulthan Al-‘Adnani, hal. 10)
Dan juga sebagaimana dikatakan Asy-Syaikh 'Abdurrahman bin Hasan:
“Merealisasikan tauhid artinya membersihkan dan memurnikan tauhid (dengan tiga jenisnya, pen) dari KESYIRIKAN, BID'AH, dan KEMAKSIATAN.”
(Fathul Majid, hal. 75)
Oleh karena itu, Asy-Syaikh Saifurrahman bin Ahmad Ad-Dihlawi mengatakan bahwa di antara ‘keistimewaan’ Jama'ah Tabligh dan para pemukanya adalah apa yang sering dikenal dari mereka bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berikrar dengan Tauhid. Namun tauhid mereka TIDAK LEBIH DARI TAUHID-NYA KAUM MUSYRIKIN QURAISY MAKKAH, di mana perkataan mereka dalam hal Tauhid hanya berkisar pada tauhid Rububiyyah saja, serta kental dengan warna-warna Tashawwuf dan Filsafatnya. Adapun Tauhid Uluhiyyah dan Ibadah, mereka sangat kosong dari itu.
Bahkan dalam hal ini, mereka termasuk golongan orang-orang musyrik. Sedangkan Tauhid Asma waSh Shifat, mereka berada dalam lingkaran Asya’irah serta Maturidiyyah, dan kepada Maturidiyyah mereka lebih dekat”.
(Nazhrah ‘Abirah I’tibariyyah Haulal Jamaah At-Tablighiyyah, hal. 46)
Sifat KEDUA:
Shalat dengan Penuh Kekhusyukan dan Rendah Diri.
Asy-Syaikh Hasan Janahi berkata:
“Demikianlah perhatian mereka kepada shalat dan kekhusyukannya. AKAN TETAPI, di sisi lain mereka SANGAT BUTA TENTANG RUKUN-RUKUN SHALAT, KEWAJIBAN-KEWAJIBANNYA, SUNNAH-SUNNAHNYA, HUKUM SUJUD SAHWI, DAN PERKARA FIQIH LAINNYS YANG BERHUBUNGAN DENGAN SHALAT DAN THAHAARAH.
Seorang Tablighi (pengikut Jamaah Tabligh, red) tidaklah mengetahui hal-hal tersebut kecuali hanya segelintir dari mereka.”
(Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 5- 6)
Sifat KETIGA:
Keilmuan yang Ditopang dengan Dzikir.
↪ Mereka membagi ilmu menjadi dua bagian.
⭕ Yakni ilmu
Masail dan ilmu Fadhail.
Ilmu Masail, menurut mereka, adalah ilmu yang dipelajari di negeri masing-masing.
Sedangkan ilmu Fadhail adalah ilmu yang dipelajari pada ritus Khuruj (lihat penjelasan di bawah, red) dan pada majlis-majlis tabligh.
Jadi, yang mereka maksudkan dengan ilmu adalah sebagian dari Fdhail Amal (amalan-amalan utama, pen) serta dasar-dasar pedoman Jama'ah (secara umum), seperti sifat yang enam dan yang sejenisnya, dan hampir-hampir tidak ada lagi selain itu.
Orang-orang yang bergaul dengan mereka tidak bisa memungkiri tentang keengganan mereka untuk menimba ilmu agama dari para 'Ulama, serta tentang minimnya mereka dari buku-buku pengetahuan agama Islam. Bahkan mereka berusaha untuk menghalangi orang-orang yang cinta akan ilmu, dan berusaha menjauhkan mereka dari buku-buku agama dan para 'Ulama-nya.
(Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 6 dengan ringkas)
Sifat KE EMPAT:
Menghormati Setiap Muslim.
↪ Sesungguhnya Jama'ah Tabligh tidak mempunyai batasan-batasan tertentu dalam merealisasikan sifat keempat ini, khususnya dalam masalah Al-Walaa' (kecintaan) dan Al-Baraa' (kebencian).
▫Demikian pula perilaku mereka yang BERTENTANGAN dengan kandungan sifat keempat ini, di mana mereka MEMUSUHI orang-orang yang menasehati mereka atau yang berpisah dari mereka, dikarenakan beda pemahaman, walaupun orang tersebut ‘Alim Rabbani.
⭕ Memang, hal ini tidak terjadi pada semua tablighiyyin, tapi inilah yang disorot oleh kebanyakan orang tentang mereka.
(Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 8)
Sifat KELIMA:
Memperbaiki Niat.
↪ Tidak diragukan lagi bahwasanya memperbaiki niat termasuk pokok agama dan keikhlasan adalah porosnya.
Akan tetapi semuanya MEMBUTUHKAN ILMU. Dikarenakan Jama'ah Tabligh adalah orang-orang yang minim ilmu agama, maka banyak pula kesalahan mereka dalam merealisasikan sifat kelima ini. Oleh karenanya engkau dapati mereka biasa shalat di masjid-masjid yang dibangun di atas kuburan.
(Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 9)
Sifat KEENAM:
Dakwah dan Khuruj di Jalan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Cara merealisasikannya adalah dengan menempuh KHURUJ (keluar untuk berdakwah, pen) bersama Jama'ah Tabligh.
4 Bulan untuk seumur hidup
40 Hari pada tiap tahun
3 hari setiap bulan
atau dua kali berkeliling pada tiap minggu.
Yang pertama dengan menetap pada suatu daerah dan yang kedua dengan cara berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah yang lain. Hadir pada dua majelis ta’lim setiap hari, majelis ta’lim pertama diadakan di masjid sedangkan yang kedua diadakan di rumah.
⌚ Meluangkan waktu 2,5 jam setiap hari untuk menjenguk orang sakit, mengunjungi para sesepuh dan bersilaturahmi, membaca satu juz Al-Qur’an setiap hari, memelihara dzikir-dzikir pagi dan sore, membantu para jama'ah yang khuruj, serta (berkumpul, kemudian) i’tikaf pada setiap malam Jum’at di Markaz (biasa disebut Malam Ijtima'i).
Dan sebelum melakukan khuruj, mereka selalu diberi hadiah-hadiah berupa KONSEP BERDAKWAH (ala mereka, pent) yang disampaikan oleh salah seorang anggota jama'ah yang berpengalaman dalam hal Khuruj.
(Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 9)
☝Asy-Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah berkata;
“Khuruj di jalan Allah adalah khuruj untuk berperang. Adapun apa yang sekarang ini mereka (Jama'ah Tabligh, pent) sebut dengan khuruj maka ini BID'AH. Belum pernah ada (contoh) dari salaf tentang keluarnya seseorang untuk berdakwah di jalan Allah yang harus dibatasi dengan hari-hari tertentu.
Bahkan hendaknya berdakwah sesuai dengan kemampuannya tanpa dibatasi dengan jama'ah tertentu, atau dibatasi 40 hari, atau lebih sedikit atau lebih banyak.”
(Aqwal Ulama As-Sunnah fi Jama’atit Tabligh, hal. 7)
☝Asy-Syaikh 'Abdurrazzaq ‘Afifi berkata;
“Khuruj mereka ini bukanlah di jalan Allah, tetapi di jalan Muhammad Ilyas.
Mereka tidaklah berdakwah kepada Al-Qur’an dan As Sunnah, akan tetapi berdakwah kepada (pemahaman) Muhammad Ilyas, Syaikh mereka yang ada di Banglades (maksudnya India, pent).
(Aqwal Ulama As-Sunnah fi Jama’atit Tabligh, hal. 6)

.......bersambung

Tambahan: Enam Sifat di atas, biasanya di sampaikan ba'da shalat subuh, dan ini terus di ulang-ulang oleh mereka.

sumber :
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online

Copyright 1436H - 2015M : http://salafykolaka.net

0 comments: